kali ini kita akan membahas arti tentang flanerie
flanerie adalah istilah bahasa prancis yang berarti berjalan tanpa arah dan tujuan ,pada prinsipnya flanerie keluar dari rumah, berbaur dengan kegiatan di kota untuk meresapi keadaan sekitar, membuka mata terhadap keindahan tumpukan bangunan-bangunan gedung di jalan, mengamati kegiatan dan kesibukan orang-orang nya dan mendengar setiap alunan suara percakapan orang, langkah kaki dan dengung kendaraan yang lalu lalang. Menjadi penonton kehidupan disekitar dan eventually, menjadi kota itu sendiri
Sekitar abad ke-19, Flaneur merupakan kegiatan populer dan cenderung diminati para seniman penganut aliran Romanticsm. Dengan cara inilah mereka mendapatkan inspirasi. Salah satu yang populer adalah Charles Baudelaire, seorang poet yang merangkai puisinya dari apa yang dia amati dan resapi di kehidupan ketika melakukan flaneur.
sementara itu seorang sastrawan Perancis, Charles Baudelaire dalam prosa-prosa puitisnya ( Le Spleen de Paris) memberi arti flaneur dengan gaya lain, dalam Le Spleen de Paris figur flâneur: si pejalan kaki, yang dalam keluasan waktu senggangnya, mengintip, mencatat rupa-rupa pemandangan kota yang dijumpainya. Ia menjadi bagian dari objek yang ia lihat, hanyut dalam hiruk-pikuk komoditas, namun senantiasa merasa terpisah darinya. Atau, sebagaimana yang tertulis dalam sebuah sajaknya, sang penyair berada sekaligus dalam ‘kerumunan, kesunyian’ yang ‘sama dan sepadan’ (lihat sajak ‘Kerumunan’)
Benjamin, meminjam deskripsi dari Baudellaire, menjelaskan tentang flânerie, jalan-jalan, yang dilakukan seorang pelancong kota, flâneur, yang menyusuri arkade. Ia hanyut bersama kerumunan orang yang lalu-lalang di sepanjang arkade, lorong beratap kaca dengan berbagai toko, café, dan segala rupa ruang pamer di kedua sisinya. Lorong-lorong itu adalah tempat bermuaranya nilai-nilai modernitas yang penuh paradoks dan ironi, ruang dialektika masyarakat modern. Sebuah ruang yang tidak di luar, tidak di dalam; eksterior, tapi juga interior; pembujuk yang menggoda dan memenjara konsumen dengan segala komoditas yang ditawarkan toko-tokonya, juga pintu gerbang yang menawarkan utopia tentang masa makmur serba berlimpah.
Simmel berteori bahwa kompleksitas kota modern menciptakan ikatan sosial baru dan sikap baru terhadap orang lain. Kota modern mengubah manusia, memberi mereka hubungan baru dengan ruang dan waktu, menanamkan dalam diri mereka “sikap bosan”, dan mengubah gagasan dasar kebebasan dan keberadaan,
Sosok Flaneur telah digunakan-antara-lain untuk menjelaskan modern, pengalaman perkotaan, untuk menjelaskan spectatorship perkotaan, untuk menjelaskan ketegangan kelas dan divisi jender kota abad kesembilan belas, untuk menggambarkan keterasingan modern, untuk menjelaskan sumber budaya massa, untuk menjelaskan pandangan spectatorial postmodern. [7] Dan itu menjabat sebagai sumber inspirasi bagi penulis dan seniman.
referensi :
tinggalkan pesan